Bab Ke-21:
Kemaksiatan Termasuk Perbuatan Jahiliah, dan Pelakunya tidak Dianggap Kafir
Kecuali Jika Disertai dengan Kemusyrikan, mengingat sabda Nabi saw.,
"'Sesungguhnya kamu adalah orang yang ada sifat kejahiliahan dalam dirimu'." Dan
firman Allah Ta'ala, 'Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya'." (an-Nisaa': 48)
Bab Ke-22: "Apabila Dua Golongan Kaum Mukminin Saling Berperang, Maka Damaikanlah Antara Keduanya Itu" (al-Hujuraat : 9), dan Mereka Itu Tetap Dinamakan Kaum Mukminin.
22. Ahnaf bin Qais
berkata, "Aku pergi (dengan membawa senjataku pada malam-malam fitnah 8/92)
hendak memberi pertolongan kepada orang lain, (dalam riwayat lain: anak paman
Rasulullah saw.) kernudian aku bertemu Abu Bakrah, lalu ia bertanya, 'Hendak ke
manakah kamu?' Aku menjawab, 'Aku hendak memberi pertolongan kepada orang ini.'
Abu Bakrah berkata, 'Kembali sajalah.' Karena saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda, 'Apabila dua orang Islam bertemu dengan pedangnya (berkelahi), maka
orang yang membunuh dan orang yang dibunuh sama-sama di neraka.' Lalu kami
bertanya, 'Ini yang membunuh, lalu bagaimanakah orang yang dibunuh?' Beliau
bersabda, 'Sesungguhnya ia (orang yang terbunuh) berkeinginan keras untuk
membunuh temannya.'"
Bab Ke-23: Kezaliman yang Tingkatnya di Bawah Kezaliman
23. Abdullah (bin
Mas'ud) berkata, "Ketika turun [ayat ini 8/481, 'Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang
yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk'
(al-An'aam: 82), maka hal itu dirasa sangat berat oleh sahabat-sahabat
Rasulullah saw. (Maka mereka berkata, 'Siapakah gerangan di antara kita yang
tidak pernah menganiaya dirinya?' Lalu Allah menurunkan ayat, 'Sesungguhnya
syirik itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.' (Luqman: 13) (Dan dalam
riwayat lain : Rasulullah saw. bersabda, Tidak seperti yang kamu katakan itu.
(Mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman). Itu ialah
kemusyrikan. Apakah kamu tidak mendengar perkataan Luqman kepada anaknya bahwa
sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezaliman yang besar?)
Bab Ke-24:
Tanda-Tanda Orang Munafik
24. Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, 'Tanda tanda orang munafik itu ada
tiga, yaitu apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia ingkar, dan
apabila dipercaya dia berkhianat."
25. Abdullah bin
Amr mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Empat (sikap 4/69) yang barangsiapa
terdapat pada dirinya keempat sikap itu, maka dia adalah seorang munafik yang
tulen. Barangsiapa yang pada dirinya terdapat salah satu dari sifat sifat itu,
maka pada dirinya terdapat salah satu sikap munafik itu, sehingga dia
meninggalkannya. Yaitu, apabila dipercaya dia berkhianat (dan dalam satu
riwayat: apabila berjanji dia ingkar), apabila berbicara dia berdusta, apabila
berjanji dia menipu, dan apabila bertengkar dia curang."
Bab Ke-25:
Mendirikan Shalat Pada Malam Lailatul Qadar Termasuk Keimanan
26. Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah saw, bersabda, 'Barangsiapa yang menegakkan (shalat) pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mencari keridhaan Allah, maka diampunilah dosanya yang telah lalu.'"
26. Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah saw, bersabda, 'Barangsiapa yang menegakkan (shalat) pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mencari keridhaan Allah, maka diampunilah dosanya yang telah lalu.'"
Bab Ke-26:
Melakukan Jihad Termasuk Keimanan
27. Abu Hurairah
mengatakan bahwa (dan dalam jalan lain disebutkan: Dia berkata, "Saya mendengar
3/203) Nabi saw. bersabda, 'Allah menjamin orang yang keluar di jalan Nya, yang
tidak ada yang mengeluarkannya kecuali karena iman kepada Nya dan membenarkan
rasul-rasul Nya, bahwa Dia akan memulangkannya dengan mendapatkan pahala atau
rampasan (perang), atau Dia memasukkannya ke dalam surga. Kalau bukan karena
akan memberatkan umatku, niscaya saya tidak duduk-duduk di belakang. (Dari jalan
lain disebutkan: Demi Zat yang diriku berada dalam genggaman-Nya, kalau bukan
karena khawatir bahwa banyak orang dari kaum mukminin tidak senang hatinya
ketinggalan dari saya, dan saya tidak dapat mengangkut mereka, niscaya saya
tidak akan tertinggal dari 3/ 203) pasukan [yang berperang di jalan Allah].
[Tetapi, saya tidak mendapatkan kendaraan dan tidak mendapatkan sesuatu untuk
mengangkut mereka, dan berat bagi saya kalau mereka tertinggal dari saya 8/11].
[Dan demi Zat yang diriku berada dalam genggaman Nya 8/ 128] sesungguhnya saya
ingin terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi, kemudian terbunuh lagi,
kemudian dihidupkan lagi, kemudian terbunuh lagi."
Bab Ke-27: Melakukan Sunnah Shalat Malam Bulan Ramadhan Termasuk Keimanan
28. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa menunaikan shalat malam Ramadhan (tarawih) karena iman dan mengharap keridhaan Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu."
Bab Ke-28: Melakukan Puasa Ramadhan Karena Mengharap Keridhaan Allah Termasuk Keimanan
29. Abu Hurairah
berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan
karena iman dan mencari keridhaan Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang
telah lalu."
Bab Ke-29: Agama Itu Mudah,[15] dan Sabda Nabi saw., "Agama yang Paling Dicintai Allah Ialah yang Lurus dan Lapang."
30. Abu Hurairah
mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak
akan seseorang memberat-beratkan diri dalam beragama melainkan akan
mengalahkannya. Maka, berlaku luruslah, berlaku sedanglah, bergembiralah, dan
mintalah pertolongan pada waktu pagi, sore, dan sedikit pada akhir malam."
Bab Ke-30: Shalat Termasuk Iman, dan Firman Allah, "Allah tidak akan menyia-nyiakan keimananmu", yakni Shalatmu di Sisi Baitullah
31. Al-Barra'
mengatakan bahwa ketika Nabi saw. pertama kali tiba di Madinah, beliau singgah
pada kakek-kakeknya atau paman-pamannya dari kaum Anshar. Beliau melakukan
shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh
belas bulan. Tetapi, beliau senang kalau kiblatnya menghadap ke Baitullah. (Dan
dalam satu riwayat disebutkan: dan beliau ingin menghadap ke Ka'bah 1/104).
Shalat yang pertama kali beliau lakukan ialah shalat ashar, dan orang-orang pun
mengikuti shalat beliau. Maka, keluarlah seorang laki-laki yang telah selesai
shalat bersama beliau, lalu melewati orang-orang di masjid [dari kalangan Anshar
masih shalat ashar dengan menghadap Baitul Maqdis] dan ketika itu mereka sedang
ruku. Lalu laki-laki itu berkata, "Aku bersaksi demi Allah, sesungguhnya aku
telah selesai melakukan shalat bersama Rasulullah saw dengan menghadap ke
Mekah." Maka, berputarlah mereka sebagaimana adanya itu menghadap ke arah
Baitullah [sambil ruku 8/134], [sehingga mereka semua menghadap ke arah
Baitullah].
Orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab suka kalau Rasulullah saw. shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Maka, ketika beliau menghadapkan wajahnya ke arah Baitullah, mereka mengingkari hal itu, [lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat 144 surat al-Baqarah, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit." Lalu, beliau menghadap ke arah Ka'bah. Maka, berkatalah orang-orang yang bodoh, yaitu orang-orang Yahudi, "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah, "Kepunyaan Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus." 7/104]. [Dan orang-orang yang telah meninggal dunia dan terbunuh dengan masih menghadap kiblat sebelum dipindahkannya kiblat itu, maka kami tidak tahu apa yang harus kami katakan tentang mereka, lalu Allah menurunkan ayat, "Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang" (Surat al-Baqarah - 143)].
Orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab suka kalau Rasulullah saw. shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Maka, ketika beliau menghadapkan wajahnya ke arah Baitullah, mereka mengingkari hal itu, [lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat 144 surat al-Baqarah, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit." Lalu, beliau menghadap ke arah Ka'bah. Maka, berkatalah orang-orang yang bodoh, yaitu orang-orang Yahudi, "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah, "Kepunyaan Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus." 7/104]. [Dan orang-orang yang telah meninggal dunia dan terbunuh dengan masih menghadap kiblat sebelum dipindahkannya kiblat itu, maka kami tidak tahu apa yang harus kami katakan tentang mereka, lalu Allah menurunkan ayat, "Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang" (Surat al-Baqarah - 143)].
0 komentar:
Posting Komentar