Bab Ke-1: Sabda
Nabi saw., "Islam itu didirikan atas lima perkara."[1] Iman itu adalah
ucapan dan perbuatan. Ia dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Allah Ta'ala
berfirman yang artinya, "Supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan
mereka (yang telah ada)" (al-Fath: 4), "Kami tambahkan kepada mereka
petunjuk."(al-Kahfi: 13), "Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah
mendapat petunjuk." (Maryam: 76), "Orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah
menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan)
ketakwaannya" (Muhammad: 17), "Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya"
(al-Muddatstsir: 31), "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surah ini? Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah
imannya." (at-Taubah: 124), "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan
untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu
menambah keimanan mereka." (Ali Imran: 173), dan "Yang demikian itu tidaklah
menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan (kepada Allah)." (al-Ahzab:
22) Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah adalah sebagian dari
keimanan.
1.[2] Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Adi bin Adi sebagai berikut, "Sesungguhnya keimanan itu mempunyai beberapa kefardhuan (kewajiban), syariat, had (yakni batas/hukum), dan sunnah. Barangsiapa mengikuti semuanya itu maka keimanannya telah sempurna. Dan barangsiapa tidak mengikutinya secara sempurna, maka keimanannya tidak sempurna. Jika saya masih hidup, maka hal-hal itu akan kuberikan kepadamu semua, sehingga kamu dapat mengamalkan secara sepenuhnya. Tetapi, jika saya mati, maka tidak terlampau berkeinginan untuk menjadi sahabatmu." Nabi Ibrahim a.s. pernah berkata dengan mengutip firman Allah, "Walakin liyathma-inna qalbii" 'Agar hatiku tetap mantap [dengan imanku]'. (al-Baqarah: 260)
2.[3] Mu'adz pernah berkata
kepada kawan-kawannya, "Duduklah di sini bersama kami sesaat untuk menambah
keimanan kita."
3.[4] Ibnu Mas'ud berkata, "Yakin adalah keimanan yang menyeluruh."
4.[5] Ibnu Umar berkata, "Seorang hamba tidak akan mencapai hakikat takwa yang sebenarnya kecuali ia dapat meninggalkan apa saja yang dirasa tidak enak dalam hati."
5.[6] Mujahid berkata, "Syara'a lakum" (Dia telah mensyariatkan bagi kamu) (asy-Syuura: 13), berarti, "Kami telah mewasiatkan kepadamu wahai Muhammad, juga kepadanya[7] untuk memeluk satu macam agama."
6.[8] Ibnu Abbas berkata
dalam menafsiri lafaz "Syir'atan wa minhaajan", yaitu jalan yang lempang (lurus)
dan sunnah.
7.[9] "Doamu adalah keimananmu sebagaimana firman Allah Ta'ala yang artinya, "Katakanlah, Tuhanku tidak mengindahkan (memperdulikan) kamu, melainkan kalau ada imanmu." (al-Furqan: 77). Arti doa menurut bahasa adalah iman.
5. Ibnu Umar berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Islam dibangun di atas lima dasar: 1) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah Utusan Allah; 2) menegakkan shalat; 3) membayar zakat; 4) haji; dan 5) puasa pada bulan Ramadhan.'"
Bab Ke-2: Perkara-Perkara Iman dan firman Allah, "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. "(al-Baqarah: 177) Dan firman Allah, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (al-Mu'miniin: 1)
6. Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Iman itu ada enam puluh lebih
cabangnya, dan malu adalah salah satu cabang iman."[10]
Bab Ke-3: Orang Islam Itu Ialah Seseorang yang Orang-Orang Islam Lain Selamat dari Ucapan lisannya dan Perbuatan Tangannya
7. Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah."
Bab Ke-4: Islam
Manakah yang Lebih Utama?
8. Abu Musa r.a.
berkata, "Mereka (para sahabat) bertanya, Wahai Rasulullah, Islam manakah yang
lebih utama?' Beliau menjawab, 'Orang yang orang-orang Islam lainnya selamat
dari lidah dan tangannya. "'
Bab Ke-5:
Memberikan Makanan Itu Termasuk Ajaran Islam
9. Abdullah bin Amr
r.a. mengatakan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw., "Islam
manakah yang lebih baik?" Beliau bersabda, "Kamu memberikan makanan dan
mengucapkan salam atas orang yang kamu kenal dan tidak kamu kenal."
Bab Ke-6: Termasuk Iman Ialah Apabila Seseorang Itu Mencintai Saudaranya (Sesama Muslim) Sebagaimana Dia Mencintai Dirinya Sendiri
10. Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Tidak beriman salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri."
Bab Ke-7: Mencintai Rasulullah saw. Termasuk Keimanan
11. Dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Demi Zat yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya (kekuasaan-Nya), salah seorang di antara kamu tidak beriman
sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada orang tua dan anaknya."
12. Anas r.a. berkata, "Nabi saw. bersabda, 'Salah seorang di antaramu tidak beriman sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada orang tuanya, anaknya, dan semua manusia.'"
Bab Ke-8:
Manisnya Iman
13. Dari Anas r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, "Tiga hal yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia mendapat manisnya iman yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya daripada selain keduanya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan ia benci untuk kembali ke dalam kekafiran (1/11) sebagaimana bencinya untuk dicampakkan ke dalam neraka."
Bab Ke-9: Tanda Keimanan Ialah Mencintai Kaum Anshar
14. Dari Anas r.a.
bahwa Nabi saw bersabda, "Tanda iman adalah mencintai orang-orang Anshar dan
tanda munafik adalah membenci orang-orang Anshar"
Bab Ke-10:
15. Dari Ubadah bin
Shamit r.a - Ia adalah orang yang menyaksikan yakni ikut bertempur dalam Perang
Badar (bersama Rasulullah saw. 4/251). Ia adalah salah seorang yang menjadi
kepala rombongan pada malam baiat Aqabah - (dan dari jalan lain: Sesungguhnya
aku adalah salah satu kepala rombongan yang dibaiat oleh Rasulullah saw.) bahwa
Rasulullah saw. bersabda dan di sekeliling beliau ada beberapa orang sahabatnya
(Dalam riwayat lain : ketika itu kami berada di sisi Nabi saw dalam suatu
majelis 8/15) [dalam suatu rombongan, lalu beliau bersabda 8/18, "Kemarilah
kalian"], "Berbaiatlah kamu kepadaku (dalam riwayat lain: Kubaiat kamu sekalian)
untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak berzina, dan
tidak membunuh anak-anakmu (dan kamu tidak akan merampas). Jangan kamu bawa
kebohongan yang kamu buat-buat antara kaki dan tanganmu, dan janganlah kamu
mendurhakai(ku) dalam kebaikan. Barangsiapa di antara kamu yang menepatinya,
maka pahalanya atas Allah. Barang siapa yang melanggar sesuatu dari itu dan dia
dihukum (karenanya) di dunia, maka hukuman itu sebagai tebusannya (dan penyuci
dirinya). Dan, barangsiapa yang melanggar sesuatu dari semua itu kemudian
ditutupi oleh Allah (tidak terkena hukuman), maka hal itu terserah Allah. Jika
Dia menghendaki, maka Dia memaafkannya. Dan, jika Dia menghendaki, maka Dia akan
menghukumnya." (Ubadah berkata ), "Maka kami berbaiat atas hal itu."
0 komentar:
Posting Komentar